About Me

header ads

Paguyuban Ngudi Laras Sambongrejo Andalkan Seni Lokal Cegah Radikalisme

Paham radikalisme yang semakin merajalela menjadi keprihatinan serius di berbagai pelosok desa, termasuk di Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Pemerintah Desa Sambongrejo bersama warganya mencoba menanggulangi masalah ini dengan cara yang unik, yaitu melalui seni tradisional gamelan. Wahono Heru Prayitno, Kepala Desa Sambongrejo, di Balai Desa Sambongrejo, Kamis (14/12/2023) mengungkapkan kekhawatiran terhadap perkembangan paham radikalisme yang berakar pada fanatisme agama dan penampilan eksklusif yang cenderung sinis. "Kami tidak dapat membatasi kebebasan sosial warga kami saat berada di luar desa. Sehingga, kemungkinan terpapar paham radikalisme itu tetap ada. Kami hanya berusaha untuk membendung paparan paham radikalisme itu di tingkat desa," ujarnya. Sebagai langkah konkret, Kades Sambongrejo melakukan diskusi dengan para tokoh masyarakat Samin, mewakili masyarakat adat di wilayahnya. Hasil diskusi ini menunjukkan tekad untuk mempertahankan dan mendorong seni lokal, khususnya Seni Karawitan dan Seni Batik Tulis. Desa Sambongrejo, dikenal sebagai benteng kearifan lokal masyarakat Blora bagian timur dengan Budaya Samin Sedulur Sikep-nya. Kendala muncul terutama terkait peralatan gamelan dan perlengkapan batik tulis. Wahono menjelaskan, "Akhirnya kami dorong Paguyuban Karawitan Lokal untuk mengajukan proposal ke Kementrian Sosial, dan alhamdulillah diterima." Ngasim, Ketua Paguyuban Karawitan Ngudi Laras Desa Sambongrejo, membenarkan bahwa permohonan bantuan mereka telah dikabulkan oleh Kementrian Sosial. Mereka menerima gamelan lengkap mulai dari bonang, penerus, demung, saron, peking, kenong, kempul, suwuk, gong, gender, slenthem, kendang, kenong, kempyang, sampai gambang. "Lengkap. Pelok dan slendro," jelas Ngasim. "Pendopo Sedulur Sikep menjadi pusat untuk pelatihan dan pagelaran seni. Kecuali bila ada tanggapan orang punya kerja," tambah Susanto, Sekretaris Paguyuban Ngudi Laras. Selain bantuan peralatan gamelan, Paguyuban juga mendapat dukungan untuk penguatan ekonomi produktif dalam bidang batik tulis. Mereka menerima bantuan berupa kain primis, canting, cap, bahkan etalase dari Kementrian Sosial. Susanto menjelaskan, "Kami juga dapat bantuan penguatan ekonomi produktif untuk batik tulis. Kain primis bahan batik, canting, cap, bahkan dikasih etalase segala dari Kementrian Sosial." Dari segi pemasaran, baik batik tulis maupun seni karawitan Paguyuban Ngudi Laras tak hanya mengandalkan pasar lokal tingkat desa. Desa Sambongrejo seringkali menjadi tujuan wisatawan dan Dinas Instansi mulai dari tingkat Kabupaten hingga Pemerintahan Pusat. "Untuk kegiatan karawitan, kami libatkan sekitar 20-orang pengrawit dan cadangan. Untuk batik tulis, kami libatkan 14 pekerja. Dan kami juga ajarkan pada sebagian generasi muda, agar mereka lebih mencintai budaya sendiri, dan jangan sampai terkena paham radikalisme," pungkas Susanto. Dengan langkah-langkah ini, Paguyuban Ngudi Laras di Desa Sambongrejo tidak hanya menjadi pelindung seni tradisional, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam mencegah dan melawan paham radikalisme yang dapat mengancam keberagaman dan toleransi masyarakat.

Paham radikalisme yang semakin merajalela menjadi keprihatinan serius di berbagai pelosok desa, termasuk di Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Pemerintah Desa Sambongrejo bersama warganya mencoba menanggulangi masalah ini dengan cara yang unik, yaitu melalui seni tradisional gamelan.

Wahono Heru Prayitno, Kepala Desa Sambongrejo, di Balai Desa Sambongrejo, Kamis (14/12/2023) mengungkapkan kekhawatiran terhadap perkembangan paham radikalisme yang berakar pada fanatisme agama dan penampilan eksklusif yang cenderung sinis. "Kami tidak dapat membatasi kebebasan sosial warga kami saat berada di luar desa. Sehingga, kemungkinan terpapar paham radikalisme itu tetap ada. Kami hanya berusaha untuk membendung paparan paham radikalisme itu di tingkat desa," ujarnya.

Sebagai langkah konkret, Kades Sambongrejo melakukan diskusi dengan para tokoh masyarakat Samin, mewakili masyarakat adat di wilayahnya. Hasil diskusi ini menunjukkan tekad untuk mempertahankan dan mendorong seni lokal, khususnya Seni Karawitan dan Seni Batik Tulis. Desa Sambongrejo, dikenal sebagai benteng kearifan lokal masyarakat Blora bagian timur dengan Budaya Samin Sedulur Sikep-nya.

Kendala muncul terutama terkait peralatan gamelan dan perlengkapan batik tulis. Wahono menjelaskan, "Akhirnya kami dorong Paguyuban Karawitan Lokal untuk mengajukan proposal ke Kementrian Sosial, dan alhamdulillah diterima."

Ngasim, Ketua Paguyuban Karawitan Ngudi Laras Desa Sambongrejo, membenarkan bahwa permohonan bantuan mereka telah dikabulkan oleh Kementrian Sosial. Mereka menerima gamelan lengkap mulai dari bonang, penerus, demung, saron, peking, kenong, kempul, suwuk, gong, gender, slenthem, kendang, kenong, kempyang, sampai gambang. "Lengkap. Pelok dan slendro," jelas Ngasim.

"Pendopo Sedulur Sikep menjadi pusat untuk pelatihan dan pagelaran seni. Kecuali bila ada tanggapan orang punya kerja," tambah Susanto, Sekretaris Paguyuban Ngudi Laras.


Peralatan batik Cap Parang Ngudi Laras Sambongrejo

Selain bantuan peralatan gamelan, Paguyuban juga mendapat dukungan untuk penguatan ekonomi produktif dalam bidang batik tulis. Mereka menerima bantuan berupa kain primis, canting, cap, bahkan etalase dari Kementrian Sosial. Susanto menjelaskan, "Kami juga dapat bantuan penguatan ekonomi produktif untuk batik tulis. Kain primis bahan batik, canting, cap, bahkan dikasih etalase segala dari Kementrian Sosial."

Dari segi pemasaran, baik batik tulis maupun seni karawitan Paguyuban Ngudi Laras tak hanya mengandalkan pasar lokal tingkat desa. Desa Sambongrejo seringkali menjadi tujuan wisatawan dan Dinas Instansi mulai dari tingkat Kabupaten hingga Pemerintahan Pusat.

"Untuk kegiatan karawitan, kami libatkan sekitar 20-orang pengrawit dan cadangan. Untuk batik tulis, kami libatkan 14 pekerja. Dan kami juga ajarkan pada sebagian generasi muda, agar mereka lebih mencintai budaya sendiri, dan jangan sampai terkena paham radikalisme," pungkas Susanto.

Dengan langkah-langkah ini, Paguyuban Ngudi Laras di Desa Sambongrejo tidak hanya menjadi pelindung seni tradisional, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam mencegah dan melawan paham radikalisme yang dapat mengancam keberagaman dan toleransi masyarakat.

Posting Komentar

0 Komentar