About Me

header ads

Harga Gabah Anjlok, Hidupkan Lagi Beras Untuk ASN Bisa Jadi Solusi




Untuk menyerap produk pertanian padi dari petani lokal, diperlukan kebijakan yang tepat sekaligus mampu meningkatkan perekonomian, salah satunya pemberlakuan kembali beras jatah untuk ASN.

Hal tersebut disampaikan oleh mantan anggota DPRD Blora, dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) periode 1999 - 2009, Lilik Sugiyanto menanggapi anjloknya harga gabah yang banyak dikeluhkan oleh petani di Blora. 

Dirinya mengusulkan untuk meningkatkan penyerapan beras petani lokal, dengan kebijakan pemberian beras jatah untuk ASN diberlakukan kembali, disamping pembelian untuk penyaluran bantuan sosial pangan.

Menurut Lilik, banyak strategi untuk penyerapan beras petani lokal, yaitu kerjasama antara BUMDES dengan resi gudang yang ada, kemudian pembelian beras bantuan sosial pangan untuk warga diambil dari beras lokal.

"Berlakukan kembali beras jatah untuk ASN, yang sekarang diganti dengan uang, dibelikan beras lokal yang ada di petani - petani lokal Blora, sehingga penyerapan beras petani kita tinggi, semoga Pemerintahan yang baru punya solusi yang tepat untuk ini" ujarnya kembali.

Panen raya serentak membuat harga gabah anjlok, sehingga merugikan petani

Sementara itu, Anggota Komisi B DPRD Blora, Agus Untoro Waluyo, angkat bicara terkait anjloknya harga gabah petani saat masa panen raya, di masa tanam pertama ini. Menurutnya banyak faktor yang membuat harga gabah tersebut anjlok, salah satunya karena kualitas gabah yang dipanen oleh petani. Panen dini dalam kondisi cuaca masih tinggi curah hujannya, membuat kadar air gabah tinggi, dan mudah membusuk, sehingga harganya anjlok.

"Kondisi gabah petani kita mutunya tidak bagus, karena dipanen saat masih tinggi curah hujannya, dan gabah menjadi basah, mestinya para penyuluh pertanian kita aktif turun ke lapangan, beritahu petani agar tidak memanen dini, jadi gabah harus dalam kondisi kering," ungkap Agus Untoro alias Tik Un, anggota Komisi B DPRD Blora, dari Partai Hanura.

Standar Masuk Bulog

Sementara, standar mutu gabah dan beras yang masuk ke Bulog sangat ketat, mulai dari tingkat kekeringannya, hingga mutu berasnya tidak bisa asal masuk, karena fungsi Bulog tidak lagi melulu sebagai penyangga pangan, akan tetapi sebagai Badan Usaha Milik Negara, yang harus mampu memberi pendapatan keuangan negara.

"Kondisi mutu beras kita saat ini jelek, sulit untuk masuk atau diserap Bulog, broken standart Bulog adalah 20%, untuk beras medium, sementara beras petani itu, tingkat kekeringannya rendah, brokennya mencapai 50%, jelas tidak mungkin bisa diterima, begitu juga dengan para tengkulak, mereka juga tidak mau rugi, mereka berani beli kalau murah," imbuh politisi dari Jepon ini.

Tolak Impor Beras

Sebelumnya, pada Rabu (10/3/2021) kemarin, belasan aktifis pro petani yang menamakan aksi teatrikalnya, "Weden Sawah Gugat Anjloke Rego Gabah," mendatangi Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, untuk menyampaikan aspirasinya, demi memperjuangkan nasib petani, akibat anjloknya harga gabah, dan menyuarakan penolakan rencana impor beras oleh Pemerintah Pusat.

"Kami meminta, Pemkab Blora untuk membuat kebijakan mengatasi anjloknya harga gabah, tolak impor beras dan mengaktifkan kembali fasilitas - fasilitas untuk bantu petani, seperti lumbung desa dan resi gudang yang ada," tandas Heru Sutanto, Koordinator Aksi Teatrikal tersebut. (Rome***)

Posting Komentar

0 Komentar