About Me

header ads

Kwarcab Blora Soroti Tantangan Relevansi Pramuka di Era Digital


BLORA – Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Blora, Slamet Pamuji, menyoroti tantangan besar yang dihadapi gerakan Pramuka di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan kurikulum pendidikan. 

Hal tersebut ia sampaikan dalam Pertemuan Pamitran Karang Pamitran yang diselenggarakan sebagai agenda tahunan Kwarcab Blora, di Bumi Perkemahan Pancasona Tunjungan pada Sabtu (5/7/2025).

Kak Mumuk, demikian panggilan akrabnya mengungkapkan kekhawatirannya tentang apakah Pramuka masih diminati dan dibutuhkan oleh generasi muda saat ini. 

Ia mengingatkan kembali kebijakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang sempat mempertanyakan urgensi wajib Pramuka.

"Ini menjadi pertanyaan mendasar bagi kita: apakah Pramuka masih disenangi atau masih dibutuhkan? Apakah anak-anak masih mengenal Pramuka ketika dibutuhkan?" tegas Kak Mumuk.

Ia mengakui bahwa secara kuantitas, penggunaan seragam Pramuka masih umum, terutama di tingkat SD hingga SMP setiap hari Jumat. 

Namun, Kak Mumuk ragu apakah penggunaan seragam tersebut benar-benar mencerminkan penghayatan Dasa Dharma Pramuka dan jiwa kepanduan yang sejati.

"Mungkin kurang dari 10% yang benar-benar menjiwai Pramuka. Mereka memakai seragam karena aturan," imbuhnya.

Kak Mumuk menegaskan bahwa kebijakan yang sempat digulirkan oleh mantan menteri tersebut seharusnya menjadi cambuk bagi gerakan Pramuka untuk mengevaluasi diri. "Justru itu sebagai tes bagi diri kita, apakah kita masih dibutuhkan," katanya.

Lebih lanjut, Kak Mumuk menyoroti permasalahan yang lebih luas dalam dunia pendidikan, di mana guru dan orang tua dihadapkan pada tantangan pengawasan dan pendampingan anak di era digital. 

Ia melihat bahwa kurikulum yang terus berganti, termasuk Kurikulum Merdeka, belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan mendasar ini.

Dalam menghadapi kondisi ini, Kak Mumuk menekankan pentingnya peran para pembina di lapangan. Ia berpesan agar para pembina memiliki jiwa pendampingan yang kuat, terutama dalam membimbing anak-anak menghadapi dampak negatif media sosial.

"Kita punya prinsip-prinsip kepramukaan. Kita tidak mungkin atau tidak bisa membiarkan anak-anak kita menyongsong masa depan dengan pengaruh seperti ini," tegasnya.

Kak Mumuk juga menyoroti perubahan pilar pendidikan yang kini mencakup masyarakat, sekolah, orang tua, dan media sosial. Menurutnya, pemanfaatan media sosial untuk menjaga karakter anak merupakan tantangan besar yang membutuhkan komunikasi erat antara pembina, sekolah, dan orang tua.

"Tidak ada yang salah. Semuanya mencoba dan mencoba, tapi belum berhasil. Karena memang perkembangan teknologi ini yang tidak bisa kita hindari," pungkas Kak Mumuk, seraya mengajak seluruh elemen Pramuka untuk terus berinovasi dan mendampingi generasi muda menghadapi masa depan. (Mz.Dhe)


Posting Komentar

0 Komentar